Selasa, 22 November 2016

2 arsitek ini patut diteladani

kemarin abis baca buku tentang kreativitas, atau lebih tepatnya salah satu unsur dari entrepeneurship
yang paling berkesan pas baca tentang biografi tokoh-tokoh yang sukses dalam bidang arsitektur
bapak ridwan kamil dan bapak ciputra adalah 2 arsitek masa kini yang cukup sukses di dunia properti
jadi, sekarang lagi gatel pengen nulis biografi bapak ciputra, setelah kepo-kepoin semua profilnya dan jalan hidupnya *ceileh, akhirnya selesai juga
here we go, ini dia si pemilik ciputra group yang tersohor itu

nama: Ciputra
tempat dan tanggal lahir : Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931
Ciputra, yang memiliki nama lahir Tjie Tjin Hoan, menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Parigi, Sulawesi Tengah, Sejak kecil Ciputra sudah merasakan kesulitan dan kepahitan hidup. Bapaknya Tjie Siem Poe ditangkap oleh pasukan tak dikenal, karena dituduh sebagai mata-mata Belanda/Jepang dan tidak pernah kembali lagi pada tahun 1944.
Ketika remaja ia bersekolah di SMP dan SMA Frater Don Bosco di Manado. Setamatnya dari SMA, ia meninggalkan desanya menuju Jawa. Ia kemudian kuliah di Institut Teknologi Bandung. Pada tingkat ke empat, ia bersama Budi Brasali dan Ismail Sofyan mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan yang berkantor di sebuah garasi. Setelah Ciputra meraih gelar insinyur pada tahun 1960, ia pindah ke Jakarta.

karier dan bisnis
Setelah menyelesaikan kuliahnya di ITB,Ciputra mengawali kariernya di Jaya Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI. Ciputra bekerja di Jaya Group sebagai direksi sampai dengan usia 65 tahun, dan setelah itu sebagai penasihat. Di perusahaan tersebut, Ciputra diberi kebebasan untuk berinovasi, termasuk di antaranya dalam pembangunan proyek Ancol.
Kemudian bersama dengan Sudono Saliem (Liem Soe Liong),Sudwikatmono, Budi Brasali dan Ibrahim Risjad, Ciputra mendirikan Metropolitan Group, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Pada masa itu, Ciputra duduk sebagai direktur utama di Jaya Group dan di Metropolitan Group sebagai presiden komisaris. Akhirnya Ciputra mendirikan grup perusahaan keluarga, Ciputra Group.
Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Selain itu, Bank Ciputra yang didirikannya ditutup oleh Pemerintah karena dianggap tidak layak, dan Asuransi Jiwa Ciputra Allstate, yang baru dirintis menjelang krisis pun ikut ditutup. Dengan adanya kebijakan moneter dari pemerintah dan diskon bunga dari beberapa bank, ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya ketiga group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri.

sumber lain
Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnet bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya.


Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta, "Kita harus ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan", ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno.

Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jakarta, selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi

Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya. Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya.

PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf.

Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar.

Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21. Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. “Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.
 
Bidang Pendidikan
Pada usianya yang ke-75, ia memilih untuk mengembangkan bidang pendidikan. Kemudian didirikanlah sekolah dan Universitas Ciputra. Sekolah ini menitikberatkan pada kewirausahaan. Dengan sekolah ini, Ciputra bertujuan untuk menyiapkan para lulusannya menjadi pengusaha.

Melalui karya di bidang pendidikan tersebut, Ciputra ingin mewujudkan harapannya untuk berbagi ilmu dan motivasi bagi para generasi muda.Karena sejatinya regenerasi harus dilakukan untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih santun, lebih maju dan lebih futuristis.
Ciputra saat ini dikenal sebagai sosok penyebar entrepreneurship / kewirusahaaan di Indonesia. Dalam setiap kesempatan, ia selalu menanamkan pentingnya kewirausahaan untuk membuat bangsa Indonesia maju.
Kiprah Ciputra diapresiasi olehMuseum Rekor Indonesia (MURI) dengan memberikan dua rekor kepada Ciputra, yakni sebagai wirausahawan peraih penghargaan terbanyak di berbagai bidang dan penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan kepada dosen terbanyak. Ciputra melalui Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) telah memberikan pelatihan entrepreneurship kepada setidaknya 1.600 dosen. Ciputra juga dinobatkan sebagai Entrepreneur of The Year 2007 versi Ernst & Young.

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari gaya kepemimpinan ala entrepreneur Ir. Ciputra, diantara nya :
  1. Bersahaja
Kepemimpinan adalah keteladanan. Meskipun Pak Ci telah merakit kesuksesan besar dalam hidupnya, beliau tetap rendah hati dan bersahaja. Banyak para pengusaha, yang mungkin di bawah levelnya, senang dikelilingi oleh para bodyguard. Beliau tidak demikian.
Sangat menarik apabila dikaitkan dengan sebelumnya mengenai hasil penelitian Jim Collins, bahwa para CEO terbaik di dunia memiliki sifat-sifat tersebut: bersahaja, rendah hati, pemalu, tidak ingin menonjolkan diri.
Pakaian-pakain beliau juga sederhana. Begitu pula dengan kendaraannya. Beliau tetap rendah hati, tidak masalah menggunakan kendaraan Innova atau kendaraan murah lainnya.
  1. Tidak Percaya Dengan Kegagalan
Sekali mengambil keputusan, maka tidak boleh ada istilah gagal. Beliau bukannya abai terhadap resiko kegagalan, namun kegagalan itu merupakan satu paket suatu keputusan.
Mindset berpikir seorang pemimpin sangat penting karena pengaruhnya dapat menular hebat ke seluruh elemen perusahaan. Gaya kepemimpinan Ciputra menebarkan rasa percaya diri yang sangat dalam kepada semua karyawannya.
  1. Learning Spirit Karyawan
Dalam gaya kepemimpinan Ciputra, kualitas karyawan mendapat perhatian besar. Learning spirit adalah cambuk yang dapat melecut kualitas. Learning Spirit yang terus menerus mengalun dalam jiwa secara otomatis akan berkontribusi minimal kepada dua hal. Pertama, adanya peningkatan keahlian di bidang teknis. Kedua, adanya peningkatan kapasitas moral.
Dengan adanya peningkatan di kedua hal tersebut, mutu perusahaan adalah sesuatu yang niscaya. Seperti pernah dikatakan Jim Collins bisnis terpenting seorang pengusaha sesungguhnya adalah mencari, mengelola, membentuk talenta-talenta bagi pencapaian  suatu perusahaan ataupun institusi.
Jika Anda ingin membesarkan perusahaan, pertama-tama yang perlu Anda pikirkan adalah sumber dayanya. Bukan yang lain.
Faktor – factor yang mempengaruhi kepemimpinan ciputra adalah faktor personal dan dan faktor situasi kondisi. Ciputra mempunyai tekad yang kuat untuk mewujud kan cita – cita nya serta keberanian dan kegigihan nya seperti pada awal mula membangun bisnis nya dia berani untuk menemui gubernur Jakarta pada era itu untuk mengajukan proposal pembangunan pasar senen.

4. Ketidakpuasan dan Kreativitas Adalah Awal Kesuksesan
jika kita merasa cepat puas maka kreativitas akan cepat "mandek" yaitu berhenti di suatu titik

2. Ridwan Kamil





Mochamad Ridwan Kamil, (lahir di Bandung, Jawa Barat, 4 Oktober 1971; umur 45 tahun) adalahWali Kota Bandung periode 2013-2018. Sebelum menjadi pejabat publik, pria yang akrab dipanggil Kang Emil ini memiliki karier sebagai seorang arsitek dan dosen tidak tetap di Institut Teknologi Bandung. Emil merupakan putra dari pasangan Atje Misbach Muhjiddin dan Tjutju Sukaesih. Pada tahun 2013 Emil yang dari kalangan profesional dicalonkan oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Gerindra sebagai wali kota Bandung dengan didampingi oleh Odded Muhammad Danial sebagai calon wakil wali kota. Dalam Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum Kota Bandung pada 28 Juni 2013, pasangan ini unggul telak dari tujuh pasangan lainnya dengan meraih 45,24% suara sehingga Pasangan Ridwan Kamil dan Oded Muhammad Danial ditetapkan menjadi pemenang dalam Pemilihan Umum Walikota Bandung 2013

Pendidikan
SDN Banjarsari III Bandung 1978-1984
SMP Negeri 2 Bandung 1984-1987
SMA Negeri 3 Bandung 1987-1990
Sarjana S-1 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung 1990-1995 
Master of Urban Design University of California, Berkeley 1999-2001


Setelah lulus S2 dari University of California, Berkeley Ridwan Kamil melanjutkan pekerjaan profesional sebagai arsitek di berbagai firma di Amerika Serikat. Sebelumnya Ridwan Kamil memulai karier bekerjanya di Amerika sesaat setelah lulus S1, akan tetapi hanya berkisar empat bulan ia pun berhenti kerja karena terkena dampak krisis moneter yang melanda Indonesia saat itu. Tidak langsung pulang ke Indonesia, dia bertahan di Amerika sebelum akhirnya mendapat beasiswa di University of California, Berkeley. Selagi mengambil S2 di Univesitas tersebut Ridwan Kamil bekerja paruh waktu di Departemen Perancanaan Kota Berkeley. Pada tahun 2002 Ridwan Kamil pulang ke tanah kelahirannya Indonesia dan dua tahun kemudian mendirikan Urbane, perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain. Kini Ridwan Kamil aktif menjabat sebagai Prinsipal PT. Urbane Indonesia, Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung, serta Senior Urban Design Consultant SOM, EDAW (Hong Kong & San Francisco), dan SAA (Singapura).
Urbane adalah perusahaan yang didirikan oleh Ridwan Kamil pada tahun 2004 bersama teman-temannya seperti Achmad D. Tardiyana, Reza Nurtjahja dan Irvan W. Darwis. Reputasi Internasional sudah mereka bangun dengan mengerjakan projek-projek di luar Indonesia seperti Syria Al-Noor Ecopolis di negara Syria dan Suzhou Financial District di China. Tim Urbane sendiri terdiri dari para profesional muda yang kreatif dan berpikir idealis untuk mencari dan menciptakan solusi mengenai masalah desain lingkungan dan perkotaan. Urbane juga memiliki projek berbasis komunitas dalam Urbane Project. Komunitas di mana visi dan misinya adalah membantu orang-orang dalam sebuah komunitas perkotaan untuk memberikan donasi dan keahlian-keahlian dalam meningkatkan daerah sekitarnya.
Urbane telah banyak dianugerahi penghargaan-penghargaan dari media internasional seperti BCI Asia Awards tiga tahun berturut-turut pada tahun 2008, 2009 dan 2010 dan juga BCI Green Award pada tahun 2009 atas projek desain Rumah Botol (dari botol bekas). Urbane juga sering mengikuti kompetisi di bidang desian arsitektur tingkat nasional seperti Juara 1 kompetisi desain Museum Tsunami di Nangro Aceh Darrussalam tahun 2007, Juara 1 kompetisi desain kampus 1 Universitas Tarumanagera tahun 2007, Juara 1 kompetisi desain Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Indonesia tahun 2009, juara 1 kompetisi desain Sanggar Nagari di Kotabaru Parahyangan di Kabupaten Bandung Barat dan juara 1 kompetisi desain Pusat Seni dan Sekolah Seni di Universitas Indonesia tahun 2009.

  • Hasil-hasil karya Urbane:
  1. Universitas Tarumanegara Kampus 1, Jakarta (2005)
  2. Mesjid Agung Sumatra Barat, Mahligai Minang (2006)
  3. Paramount Lakes Gading Serpong, (2006)
  4. Gramedia Expo Surabaya (2006)
  5. Masjid Cibubur, Bogor (2007)
  6. Bintaro X-Change, Tangerang (2007)
  7. Kota Jababeka Remasterplan, Cikarang (2007)
  8. Kampus UMN, Serpong (2007)
  9. Area 24, Jakarta (2007)
  10. Hotel Santika Premiere, Medan (2007)
  11. Jembatan Westdrain Ancol, Jakarta (2007)
  12. Kuningan City, Jakarta (2007)
  13. Bottle House (Rumah Botol), Bandung (2008)
  14. Paramount Gateaway, Serpong (2008)
  15. Masjid Al Irsyad Kota Baru Parahyangan, Kab. Bandung Barat (2008)
  16. Springhill Royal Residences, Jakarta (2008)
  17. Kantor BUMN, Jakarta (2008)
  18. The Convergence, Jakarta (2008)
  19. Rusunami Sentra Timur, Cakung (2008)
  20. Pusat Kesenian dan Kebudayaan Universitas Indonesia, Depok (2009)
  21. The Magix Box, Fakultas Seni Budaya Universitas Indonesia (2009)
  22. Medan Focal Point, Medan (2009)
  23. Museum Taufik Hidayat, Jakarta (2009)
  24. Masjid Semarang, Semarang (2010)
  25. Masjid Suramadu, Madura (2010)
  26. Masjid Gegerkalong, Bandung (2010)
  27. Museum Tsunami Aceh-Rumoh Aceh, NAD (2010)
  28. Harris Hotel Bogor, Bogor (2011)
  29. Masjid Antapani, Bandung (2011)
  30. Heteropia Office Tower, Jakarta (2011)
  31. Kantor Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Jakarta (2012)
  32. Hotel Tangerang, Banten (2011)
  33. Hotel Horison Ultima, Purwokerto (2011)
  34. Hotel Tijili Seminyak, Bali (2011)
  35. 18 Office Park, Jakarta (2011)
  36. Discovery World Taman Mini Indonesia Indah, Cibubur, Bogor (2011)
  37. United Tractors office, Bekasi (2012)
  38. LKPP Office, Jakarta (2012)
  39. Bank Saudara Office, Bandung (2012)
  40. Essence Apartment, Jakarta (2012)
  41. Kirana Two, Jakarta (2012)
  42. Senayan Aquatic Stadium, Jakarta (2012)
  43. Masjid Al-Azhar, Summarecon, Bekasi (2013)
  44. Masjid Emerald Bintaro, Tangerang (2013)
  • Sosial dan Komunitas.
  1. Taman Bermain Babakan Asih Kopo Bandung. Ini adalah program perbaikan kampung dengan cara membeli sepetak tanah untuk menjadi taman bermain anak dan kegiatan lomba mewarnai dinding kampung dengan gambar-gambar kreatif.
  2. Komunitas Bandung Berkebun. Kegiatan ini adalah cara warga Bandung memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk dihijaukan oleh tanaman pertanian seperti sayur-sayuran. Lokasi kebun-kebun ini juga menjadi ruang sosial sebagai alternatif akhir pekan bagi anak-anak. Hasil panen sebagian di jual untuk penghasilan tambahan anggota komunitas.
  3. Gerakan indonesia Bersepeda (Bike Bdg). Kegiatan ini memberikan pilihan kepada warga kota bandung untuk beraktifitas sehari-hari dengan sepeda sewa (Bike Sharing).
  4. Deklarasi Babakan Siliwangi sebagai Hutan Kota Dunia PBB.
  • Arsitektur.
  1. Bandung Creative Park Project : Taman Cikapayang Dago
  2. Masjid Merapi, merupakan proyek sosial yang menggunakan abu letusan gunung merapi dikonversi menjadi batako.
  3. Rumah Gempa Padang, Proyek sosial ini merupakan pembangunan rumah-rumah tahan gempa dengan material kayu dan bambu lokal.
  4. Lampu Botol (Walking Brain).
  5. Bottle House, rumah yang dirancang dengan konsep ‘courtyard house’ dibangun dengan lebih dari 30000 botol bekas.
  6. Museum Tsunami Aceh. Museum ini merupakan hasil desain karya sayembara pada tahun 2007 untuk memperingati musibah Tsunami
ada beberapa kisah inspiratif yang belom banyak diketahui oleh masyarakat, antara lain sebagai berikut:

1. Lewati ujian hidup


Kang Emil lahir dari pasangan Dr. Atje Misbach (alm) dan Dra. Tjutju Sukaesih. Berawal dari profesinya sebagai seorang arsitektur, kini ia menjadi salah satu orang yang disegani dan diakui dunia.
Perjalanan karir walikota keren ini terbilang sangat sulit. Banyak sekali hambatan dan rintangan yang dialami Kang Emil dalam menghadapi realitas hidup yang sulit dan butuh mental baja.
Sama seperti kebanyakan orang, Kang Emil pun tidak absen dari peristiwa jatuh bangun dalam membangun kesuksesan hidupnya.
Mulai dari makan satu kali hingga mengaku menjadi orang miskin karena tidak bisa membiayai biaya kelahiran anak pertamanya, ia jalani seluruh skenario Allah Swt dengan sabar dan pantang menyerah.

2.moral, etika, dan pendidikan

Pada masa kecilnya, Kang Emil selalu dinasihati oleh orang tuan agar memahami dan membawa serta nilai moral dan etika ke dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kedua orang tuanya, perkara kecerdasan dan kepintaran bukanlah yang paling utama. Kemuliaan manusia terletak pada akhlaknya.
Namun, bukan berarti Kang Emil dan keluarganya menomorduakan pendidikan. Justru mengenyam pendidikan tinggi adalah sebuah keharusan. Akhlak dan pendidikan bagaikan gembok dan kunci, dua hal yang saling membutuhkan.
Ayahnya adalah dosen di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Ibunya dosen di UNISBA. Berada di keluarga akademisi, membuat Kang Emil pun tak lupa pada prioritas pendidikan.
Kang Emil juga dididik agar cerdas secara emosional dan spiritual. Salah satu prinsip hidup yang diajarkan pada Kang Emil adalah tentang bagaimana bisa hidup dan bermanfaat bagi orang lain.
“Kecerdasan dan kepintaran hanyalah kesia-siaan ketika kita tidak bisa membawa kebaikan untuk lingkungan sekitar”
Filosofi hidup inilah yang selalu dipegang oleh Kang Emil hingga dewasa. Nilai yang mengakar dalam diri itulah, yang membuatnya selalu berusaha memberi manfaat bagi banyak orang dalam keadaan apapun.

3. hidup sederhana


Meskipun kedua orangtuanya bekerja, hal itu tidak lantas membuat Kang Emil hidup dalam kondisi yang serba ada.
Soal lauk sarapan misalnya, membagi telur dadar menjadi lima bagian agar bisa dinikmati semua anggota keluarga adalah hal yang biasa. Untuk pergi ke sekolah, Kang Emil pun harus mau naik angkot atau bahkan berjalan kaki.
Kondisi ini membentuk karakter Kang Emil yang sadar betul arti dari kerja keras. Untuk mencapai keberhasilan, seseorang harus kuat hati menantang diri melawan rasa malas.
Keterbatasan yang dimiliki tidak membuat dirinya mudah menyerah sekaligus tak gampang jumawa meski sudah berhasil membuat pencapaian dalam hidupnya.
4.down saat Ayahnya meninggal

Setelah menamatkan pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas, Kang Emil melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung di jurusan arsitektur.
Di sinilah kemampuannya sebagai seorang arsitek diasah habisan-habisan. Sama seperti saat di SMP dan SMA, beliau juga aktif berorganisasi.
Bahkan, dia pun mencoba bisnis kecil-kecilan yakni membuat ilustrasi dengan cat air dan maket untuk para dosen.
Namun saat hampir menyelesaikan pendidikannya, Kang Emil dilanda musibah yang membuatnya demikian terpukul.
Ya, kepergian sang ayah menjatuhkan mental Kang Emil dan sempat membuatnya kehilangan arah. Tapi dengan cepat Kang Emil berhasil menyembuhkan luka hatinya dan berjuang sekuat tenaga untuk membuat ayahnya bangga di alam sana.
Tuhan pun merestui usaha keras seorang Ridwan Kamil. Ia lulus dengan nilai A++, sebuah pencapaian yang jarang didapatkan oleh banyak mahasiswa.

5. Karir Menurun

Jalan karir seorang Ridwan Kamil bukannya tanpa hambatan. Ia pernah hanya bisa makan sekali sehari dan bahkan tidak mampu membayar biaya persalinan anak pertamanya saat di Amerika.
Kang Emil pun pernah dihadapkan dengan kesulitan saat meniti karir. Setelah lulus dan sempat bekerja sebagai staf pengajar di ITB, ia pergi mengadu nasib ke Amerika. Dengan maksud bekerja di sana, Kang Emil justru harus menelan pil pahit kegagalannya.
Hanya bekerja selama 4 bulan, setelah itu klien justru tidak mau membayar hasil pekerjaannya.
Hal tersebut diduga karena kondisi krisis yang saat itu melanda Indonesia. Kang Emil sempat bertahan hidup dengan hanya makan sekali sehari agar tidak mengeluarkan uang lebih dari 99 sen.
Ia mencoba bekerja paruh waktu di Departemen Perencanaan Barkeley. Ia juga harus menguras tenaganya karena disaat bersamaan, ia sedang menyelesaikan pendidikan S2 dari program beasiswa.


6. tak punya biaya untuk persalinan anak

‘Badai hidup’ seolah tak mau menjauh dari sosok Ridwan Kamil. Di tengah kondisi finansial yang tidak kondusif, istrinya hamil dan ketika waktu persalinan datang dia tidak punya uang.
Terpaksa ayah muda itu mengaku miskin agar mendapatkan fasilitas kesehatan gratis yang disediakan oleh pemerintah setempat.
Di sisi lain, perkara nilai-nilai keagamaan pun begitu lekat dalam diri Kang Emil. Di setiap perjuangan yang dijalani, ia pun tak pernah alpa meminta Tuhan merestui setiap langkah dan usaha.

7. bersama kesulitan terdapat kemudahan

Kang Emil membuktikan, bahwa jawaban dari setiap pertanyaan hidup sebetulnya ada pada masalah itu sendiri. Di dalam masalah yang menimpa seseorang, sudah tersedia jawaban yang dicari.
Hanya saja, perlu proses kesabaran yang panjang untuk menemukan jawaban tersebut. Dan Kang Emil sudah melaluinya.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar